Rabu, 25 Januari 2012

Harga Sebuah Gasing Kayu


Minggu pagi,Roni sudah berada di pinggiran kompleks perumahan. Kemarin ia dan Janna sudah janjian akan bertemu di situ. Janna tinggal di kampung dekat kompleks perumahan tempat Roni tinggal. Janna sangat ramah,sehingga Roni senang bermain dengannya. Apalagi Roni belum punya banyak teman,karena baru tiga bulan lalu keluarganya pindah ke perumahan itu.
            Setelah cukup lama menunggu,akhirnya Janna muncul juga.”Kok telat,Jan?” tanya Roni. “Maaf Ron,aku harus membantu ibuku dulu,” jawab Janna,lalu mengeluarkan sesuatu dari saku celana komprangnya. “Ini pesananmu,” kata Janna sambil menyerahkan benda itu kepada Roni.
            “Wah,bagus sekali,Jan!” Roni senang sekali menerima gasing kayu yang dililit tali tambang kain. Kelihatannya baru selesai dibuat,karena bau kayunya masih tercium.”Kamu bikin sendiri,ya?” Janna mengangguk. Kini gantian,Roni yang menyerahkan sesuatu ke Janna.
            “Kamu yakin ibumu tidak akan marah?” tanya Janna ketika menerima mainan mobil-mobilan remote control. ”Tenang saja,ini kan mainanku. Aku sudah bosan memainkannya,”jawab Roni. Mobil-mobilan itu adalah hadiah ulang tahun dari pamannya tahun lalu.
            “Terima kasih,ya,Ron! Kamu baik sekali,” kata Janna terharu. Roni memegang pundak Janna sambil tersenyum kepada sahabatnya itu.
            “Aku juga berterima kasih sudah dibikinkan gasing ini.Sudahlah ! Cepat berikan mobil-mobilan itu pada adikmu. Semoga dia cepat sembuh,” ujar Roni.
            Janna cepat-cepat pulang. Adiknya memang sedang sakit. Itu gara-gara ia minta dibelikan mainan mobil-mobilan remote control seperti milik temannya. Tapi uang ayah Janna tidak cukup untuk membeli mainan semahal itu.
            Sebenarnya,kemarin Janna hanya ingin meminjam mobil-mobilan itu dari Roni,supaya adiknya bisa dibujuk untuk minum obat. Tapi Roni malah memberikan mobil-mobilan itu. Dengan syarat,Janna mau mencarikannya sebuah gasing kayu. Roni ingin memberikan gasing itu sebagai hadiah ulang tahun ayahnya.
            Bagi Janna,itu syarat yang mudah. Karena ayahnya pernah mengajarinya membuat gasing. Semalaman ia membuat gasing itu. Sebetulnya Janna agak ragu. Karena menurutnya,gasing buatannya tidak sebanding dengan mobil-mobilan Roni yang mahal itu. Namun Janna terpaksa melakukannya dengan adiknya.
            Sore harinya,Roni sibuk membungkus gasing kayu pemberian Janna dengan kertas kado. Ibunya datang menghampiri. “Kado buat Ayah,ya ?” tanya Ibu. Roni hanya tersenyum. Namun hatinya agak takut,kalau ibunya menanyakan mobil-mobilannya itu.”Ayah jadi datang hari ini,kan,Bu ?” tanya Roni kepada Ibunya. Ibunya mengangguk. Roni gembira. Ayahnya akan datang dari luar kota bertepatan dengan hari ulang tahunnya.
            Roni sayang sekali pada ayahnya. Ayah Roni pernah bercerita,bahwa satu-satunya keinginan Ayah yang tidak terpenuhi waktu kecil adalah memiliki sebuah gasing. Kakek Roni tidak mau membuatkan. Kakek ingin Ayah membuat sendiri.
            Tiba-tiba,Roni dan ibunya dikejutkan bunyi bel pintu. Ibu bergegas membuka pintu. Roni mengikuti dari belakang,berharap ayahnya yang datang.
            “Kamu Janna,kan?” tanya ibu Roni membuka pintu. Janna mengangguk.”Ada apa,Jan?” Roni keheranan melihat Janna.”Saya ingin mengembalikan mobil-mobilan ini,sebelum adik saya tahu,” jawab Janna membuat ibu Roni keheranan. Roni terkejut. Ia akhirnya berterus terang kepada ibunya. Ibu Roni mengangguk-angguk tanda mengerti.
            “Roni sudah benar-benar ikhlas memberikan mainan itu kepada adik Janna,kan?” tanya ibu Roni. Roni mengangguk. “Tuh,Roni sudah ikhlas kok,Janna. Jadi kamu tidak usah tidak enak hati,” lanjut ibu Roni. Roni tidak menyangka ibunya akan berkata seperti itu. Ia mengira ibunya akan marah.
            “Betul Jan,berikan saja mobil-mobilan itu pada adikmu. Lagipula gasing buatanmu sudah aku bungkus,” kata Roni. “Gasing itu tidak usah dikembalikan,Ron. Gasing itu tidak ada harganya dibanding mobil-mobilan ini,” kata Janna malu-malu.
            “Siapa bilang gasing kamu tidak ada harganya. Gasing ini sangat berarti untuk Roni. Sebab Roni ingin membahagiakan ayahnya,seperti kamu ingin membahagiakan adikmu. Harganya tentu tidak ternilai dengan uang. Ibu bangga kalian rela mengorbankan benda yang kalian miliki untuk orang-orang yang kalian cintai,”kata ibu Roni.”Hanya sebaiknya orang tua diajak ngomong dulu,walau mainan itu milik kalian sendiri. Ibu percaya kalian anak-anak yang jujur,” Roni dan Janna tersipu,mereka minta maaf kepada ibu Roni.
            “Dan Roni....sebaiknya,jika melakukan kebaikan,jangan meminta imbalan. Nanti tidak dapat pahal lo......” ibu tersenyum pada Roni . Roni mengangguk semakin tersipu.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar