Minggu pagi,Roni sudah berada di
pinggiran kompleks perumahan. Kemarin ia dan Janna sudah janjian akan bertemu
di situ. Janna tinggal di kampung dekat kompleks perumahan tempat Roni tinggal.
Janna sangat ramah,sehingga Roni senang bermain dengannya. Apalagi Roni belum
punya banyak teman,karena baru tiga bulan lalu keluarganya pindah ke perumahan
itu.
Setelah
cukup lama menunggu,akhirnya Janna muncul juga.”Kok telat,Jan?” tanya Roni.
“Maaf Ron,aku harus membantu ibuku dulu,” jawab Janna,lalu mengeluarkan sesuatu
dari saku celana komprangnya. “Ini pesananmu,” kata Janna sambil menyerahkan
benda itu kepada Roni.
“Wah,bagus
sekali,Jan!” Roni senang sekali menerima gasing kayu yang dililit tali tambang
kain. Kelihatannya baru selesai dibuat,karena bau kayunya masih tercium.”Kamu
bikin sendiri,ya?” Janna mengangguk. Kini gantian,Roni yang menyerahkan sesuatu
ke Janna.
“Kamu
yakin ibumu tidak akan marah?” tanya Janna ketika menerima mainan mobil-mobilan
remote control. ”Tenang saja,ini kan mainanku. Aku sudah bosan
memainkannya,”jawab Roni. Mobil-mobilan itu adalah hadiah ulang tahun dari
pamannya tahun lalu.
“Terima
kasih,ya,Ron! Kamu baik sekali,” kata Janna terharu. Roni memegang pundak Janna
sambil tersenyum kepada sahabatnya itu.
“Aku
juga berterima kasih sudah dibikinkan gasing ini.Sudahlah ! Cepat berikan
mobil-mobilan itu pada adikmu. Semoga dia cepat sembuh,” ujar Roni.
Janna
cepat-cepat pulang. Adiknya memang sedang sakit. Itu gara-gara ia minta
dibelikan mainan mobil-mobilan remote control seperti milik temannya. Tapi uang
ayah Janna tidak cukup untuk membeli mainan semahal itu.
Sebenarnya,kemarin
Janna hanya ingin meminjam mobil-mobilan itu dari Roni,supaya adiknya bisa
dibujuk untuk minum obat. Tapi Roni malah memberikan mobil-mobilan itu. Dengan
syarat,Janna mau mencarikannya sebuah gasing kayu. Roni ingin memberikan gasing
itu sebagai hadiah ulang tahun ayahnya.
Bagi
Janna,itu syarat yang mudah. Karena ayahnya pernah mengajarinya membuat gasing.
Semalaman ia membuat gasing itu. Sebetulnya Janna agak ragu. Karena
menurutnya,gasing buatannya tidak sebanding dengan mobil-mobilan Roni yang
mahal itu. Namun Janna terpaksa melakukannya dengan adiknya.
Sore
harinya,Roni sibuk membungkus gasing kayu pemberian Janna dengan kertas kado.
Ibunya datang menghampiri. “Kado buat Ayah,ya ?” tanya Ibu. Roni hanya
tersenyum. Namun hatinya agak takut,kalau ibunya menanyakan mobil-mobilannya
itu.”Ayah jadi datang hari ini,kan,Bu ?” tanya Roni kepada Ibunya. Ibunya
mengangguk. Roni gembira. Ayahnya akan datang dari luar kota bertepatan dengan
hari ulang tahunnya.
Roni
sayang sekali pada ayahnya. Ayah Roni pernah bercerita,bahwa satu-satunya
keinginan Ayah yang tidak terpenuhi waktu kecil adalah memiliki sebuah gasing.
Kakek Roni tidak mau membuatkan. Kakek ingin Ayah membuat sendiri.
Tiba-tiba,Roni
dan ibunya dikejutkan bunyi bel pintu. Ibu bergegas membuka pintu. Roni
mengikuti dari belakang,berharap ayahnya yang datang.
“Kamu
Janna,kan?” tanya ibu Roni membuka pintu. Janna mengangguk.”Ada apa,Jan?” Roni
keheranan melihat Janna.”Saya ingin mengembalikan mobil-mobilan ini,sebelum
adik saya tahu,” jawab Janna membuat ibu Roni keheranan. Roni terkejut. Ia
akhirnya berterus terang kepada ibunya. Ibu Roni mengangguk-angguk tanda mengerti.
“Roni
sudah benar-benar ikhlas memberikan mainan itu kepada adik Janna,kan?” tanya
ibu Roni. Roni mengangguk. “Tuh,Roni sudah ikhlas kok,Janna. Jadi kamu tidak
usah tidak enak hati,” lanjut ibu Roni. Roni tidak menyangka ibunya akan
berkata seperti itu. Ia mengira ibunya akan marah.
“Betul
Jan,berikan saja mobil-mobilan itu pada adikmu. Lagipula gasing buatanmu sudah
aku bungkus,” kata Roni. “Gasing itu tidak usah dikembalikan,Ron. Gasing itu
tidak ada harganya dibanding mobil-mobilan ini,” kata Janna malu-malu.
“Siapa
bilang gasing kamu tidak ada harganya. Gasing ini sangat berarti untuk Roni.
Sebab Roni ingin membahagiakan ayahnya,seperti kamu ingin membahagiakan adikmu.
Harganya tentu tidak ternilai dengan uang. Ibu bangga kalian rela mengorbankan benda
yang kalian miliki untuk orang-orang yang kalian cintai,”kata ibu Roni.”Hanya
sebaiknya orang tua diajak ngomong dulu,walau mainan itu milik kalian sendiri.
Ibu percaya kalian anak-anak yang jujur,” Roni dan Janna tersipu,mereka minta
maaf kepada ibu Roni.
“Dan
Roni....sebaiknya,jika melakukan kebaikan,jangan meminta imbalan. Nanti tidak
dapat pahal lo......” ibu tersenyum pada Roni . Roni mengangguk semakin
tersipu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar