Rabu, 25 Januari 2012

Cerita Homestay-ku



               Dalam kegiatan Home Stay yang diselenggarakan oleh sekolahku,aku mendapatkan jatah tempat di desa Gombengsari,Kecamatan Kalipuro. Desa ini menarik perhatianku,soalnya aku nggak  pernah mendengar apalagi mengunjungi desa ini sebelumnya. Awalnya aku agak kecewa kenapa aku dan beberapa temanku ditempatkan di desa ini. Tapi,lama-kelamaan pikiran itu menghilang dan digantikan oleh hal-hal yang menyenangkan selama berada di sana.
            Pembukaan kegiatan Home Stay dilaksanakan di Balai Desa Gombengsari. Disana,kami semua berkumpul untuk mendengarkan penjelasan-penjelasan mengenai desa Gombengsari. Ternyata,desa ini merupakan desa di Kabupaten Banyuwangi dengan pendapatan penduduk per kapita terendah. Mendengar hal itu,aku merasa tertantang dan ingin segera merasakan hidup sebagai warga Gombeng dengan meninggalkan kehidupan metropolitan.
            Disana,aku beserta rombongan diperkenalkan pada induk semang masing-masing. Aku dan kelompok sempat penasaran dengan induk semang kami. Sesaat kemudian,kelompok kami dipanggil dan diperkenalkan dengan induk semang kami yang bernama Mbah Niswati.
            Beliau sangat baik dan ramah terhadapku dan teman-teman. Mbah Nis,begitulah aku memanggilnya,tidak pernah sekalipun mengeluh terhadap apa yang Mbah hadapi. Mbah sangat sabar dan tabah dalam menjalani hidupnya. Tempat tinggalnya pun sangat sederhana,hanya berlantaikan tanah dan berdinding anyaman bambu. Jarak dari jalan besar menuju ke rumah Mbah juga cukup jauh. Butuh waktu sekitar 20 menit dengan berjalan kaki. Jalannya pun sempit dan berbatu. Jika hujan,jalanan akan sangat becek.
            Hal yang paling berkesan selama aku berada di sana adalah disaat saya benar-benar menyatu dengan keadaan keluarga yang sederhana itu dan juga masyarakat Gombeng hanya dalam waktu 3 hari. Mereka semua sangat ramah dan mudah bersahabat. Sangat berbeda dari orang-orang kota biasanya.
Selama di rumah Mbah Nis,aku belajar ngarit (mencari rumput) untuk makan sapi peliharaan Mbah Nis. Selain itu,saya juga belajar nyerit blarak (daun kelapa yang kering)untuk dijadikan sapu lidi. Ini pengalaman pertamaku! Satu ikat sapu lidi hanya dijual Rp.600,00-Rp. 800,00. Sungguh tidak sepadan dengan keringat dan usaha yang dikeluarkan untuk nyerit blarak itu. Kelihatannya saja mudah,begitu dicoba sendiri,ternyata sulit juga. Lidi seringkali patah dan tidak sempurna. Aku yang dibantu teman-teman saja sudah kewalahan untuk nyerit blarak sebanyak itu. Sedangkan Mbah,biasanya melakukan hal itu sendirian. Aku berusaha untuk nggak mengeluh,aku nggak mau kalah dengan Mbah yang umurnya sudah renta,tetapi tetap bersemangat dan tidak pernah putus asa.
Banyak hal-hal mengesankan selama aku menjalani kehidupanku disana. Intinya,aku dan teman-teman sangat betah berada disana. Satu hal yang dapat kupelajari dari Mbah Nis dan keluarganya,yaitu “JANGAN MUDAH MENGELUH DAN PUTUS ASA DALAM BERUSAHA. BAGAIMANAPUN JUGA KONDISI KITA SAAT ITU. MENGELUH HANYA DAPAT MENGHAMBAT USAHA KITA UNTUK MENJADI LEBIH BAIK DARI SEKARANG !! “

Harga Sebuah Gasing Kayu


Minggu pagi,Roni sudah berada di pinggiran kompleks perumahan. Kemarin ia dan Janna sudah janjian akan bertemu di situ. Janna tinggal di kampung dekat kompleks perumahan tempat Roni tinggal. Janna sangat ramah,sehingga Roni senang bermain dengannya. Apalagi Roni belum punya banyak teman,karena baru tiga bulan lalu keluarganya pindah ke perumahan itu.
            Setelah cukup lama menunggu,akhirnya Janna muncul juga.”Kok telat,Jan?” tanya Roni. “Maaf Ron,aku harus membantu ibuku dulu,” jawab Janna,lalu mengeluarkan sesuatu dari saku celana komprangnya. “Ini pesananmu,” kata Janna sambil menyerahkan benda itu kepada Roni.
            “Wah,bagus sekali,Jan!” Roni senang sekali menerima gasing kayu yang dililit tali tambang kain. Kelihatannya baru selesai dibuat,karena bau kayunya masih tercium.”Kamu bikin sendiri,ya?” Janna mengangguk. Kini gantian,Roni yang menyerahkan sesuatu ke Janna.
            “Kamu yakin ibumu tidak akan marah?” tanya Janna ketika menerima mainan mobil-mobilan remote control. ”Tenang saja,ini kan mainanku. Aku sudah bosan memainkannya,”jawab Roni. Mobil-mobilan itu adalah hadiah ulang tahun dari pamannya tahun lalu.
            “Terima kasih,ya,Ron! Kamu baik sekali,” kata Janna terharu. Roni memegang pundak Janna sambil tersenyum kepada sahabatnya itu.
            “Aku juga berterima kasih sudah dibikinkan gasing ini.Sudahlah ! Cepat berikan mobil-mobilan itu pada adikmu. Semoga dia cepat sembuh,” ujar Roni.
            Janna cepat-cepat pulang. Adiknya memang sedang sakit. Itu gara-gara ia minta dibelikan mainan mobil-mobilan remote control seperti milik temannya. Tapi uang ayah Janna tidak cukup untuk membeli mainan semahal itu.
            Sebenarnya,kemarin Janna hanya ingin meminjam mobil-mobilan itu dari Roni,supaya adiknya bisa dibujuk untuk minum obat. Tapi Roni malah memberikan mobil-mobilan itu. Dengan syarat,Janna mau mencarikannya sebuah gasing kayu. Roni ingin memberikan gasing itu sebagai hadiah ulang tahun ayahnya.
            Bagi Janna,itu syarat yang mudah. Karena ayahnya pernah mengajarinya membuat gasing. Semalaman ia membuat gasing itu. Sebetulnya Janna agak ragu. Karena menurutnya,gasing buatannya tidak sebanding dengan mobil-mobilan Roni yang mahal itu. Namun Janna terpaksa melakukannya dengan adiknya.
            Sore harinya,Roni sibuk membungkus gasing kayu pemberian Janna dengan kertas kado. Ibunya datang menghampiri. “Kado buat Ayah,ya ?” tanya Ibu. Roni hanya tersenyum. Namun hatinya agak takut,kalau ibunya menanyakan mobil-mobilannya itu.”Ayah jadi datang hari ini,kan,Bu ?” tanya Roni kepada Ibunya. Ibunya mengangguk. Roni gembira. Ayahnya akan datang dari luar kota bertepatan dengan hari ulang tahunnya.
            Roni sayang sekali pada ayahnya. Ayah Roni pernah bercerita,bahwa satu-satunya keinginan Ayah yang tidak terpenuhi waktu kecil adalah memiliki sebuah gasing. Kakek Roni tidak mau membuatkan. Kakek ingin Ayah membuat sendiri.
            Tiba-tiba,Roni dan ibunya dikejutkan bunyi bel pintu. Ibu bergegas membuka pintu. Roni mengikuti dari belakang,berharap ayahnya yang datang.
            “Kamu Janna,kan?” tanya ibu Roni membuka pintu. Janna mengangguk.”Ada apa,Jan?” Roni keheranan melihat Janna.”Saya ingin mengembalikan mobil-mobilan ini,sebelum adik saya tahu,” jawab Janna membuat ibu Roni keheranan. Roni terkejut. Ia akhirnya berterus terang kepada ibunya. Ibu Roni mengangguk-angguk tanda mengerti.
            “Roni sudah benar-benar ikhlas memberikan mainan itu kepada adik Janna,kan?” tanya ibu Roni. Roni mengangguk. “Tuh,Roni sudah ikhlas kok,Janna. Jadi kamu tidak usah tidak enak hati,” lanjut ibu Roni. Roni tidak menyangka ibunya akan berkata seperti itu. Ia mengira ibunya akan marah.
            “Betul Jan,berikan saja mobil-mobilan itu pada adikmu. Lagipula gasing buatanmu sudah aku bungkus,” kata Roni. “Gasing itu tidak usah dikembalikan,Ron. Gasing itu tidak ada harganya dibanding mobil-mobilan ini,” kata Janna malu-malu.
            “Siapa bilang gasing kamu tidak ada harganya. Gasing ini sangat berarti untuk Roni. Sebab Roni ingin membahagiakan ayahnya,seperti kamu ingin membahagiakan adikmu. Harganya tentu tidak ternilai dengan uang. Ibu bangga kalian rela mengorbankan benda yang kalian miliki untuk orang-orang yang kalian cintai,”kata ibu Roni.”Hanya sebaiknya orang tua diajak ngomong dulu,walau mainan itu milik kalian sendiri. Ibu percaya kalian anak-anak yang jujur,” Roni dan Janna tersipu,mereka minta maaf kepada ibu Roni.
            “Dan Roni....sebaiknya,jika melakukan kebaikan,jangan meminta imbalan. Nanti tidak dapat pahal lo......” ibu tersenyum pada Roni . Roni mengangguk semakin tersipu.



ARTI

Pertemuan kita yang singkat
Membuat aku tersadar
Tentang arti hidup
Seakan aku baru membuka mata ini
Untuk memandang hidup ini secara jernih
            Kini kulihat masa depanku
            Yang menyambutku dengan cerah
            Aku ingin berlari
            Mengejar cinta dan citaku di masa depan
Engkaulah bintang penyemangatku
Yang memberikan cahaya kecil
Di kala malam yang gelap gulita
Kau bagian hidupku
            Tanpa kamu
            Tiada hidup hati ini
            Tiada rasa batin ini
            Tanpa hadirmu disisiku
Sepenuhnya seutuhnya dan selamanya
Cintaku ini hanya milikmu
Indahnya lautan waktu itu
Menjadi saksi bisu jalanan cinta kita

LIVE SEVEN YEARS LONGER

“Hallo”…kau sekarang dimana?? Apa kau lupa hari ini kita akan mencoba gaun pengantin??”
“Tunggu sebentar,, masih ada 1 pasien yg harus kutangani, kira2 15 menit lagi aku kesana”
Seorang gadis berkacamata memakai seragam dokter sedang sibuk diruang kerjanya, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.
“Tok..tok..” .“Masuk” kata Park Han-byul sambil sibuk menulis resep untuk pasiennya.
“Dokter Park, hari ini anda ada jadwal untuk mengoperasi pasien penyakit kanker” kata suster. “Hari ini aku harus mencoba gaun pengantinku, lagipula mulai besok aku mengambil cuti kerja,jadi,operasi itu akan ditangani oleh dokter Kim” kata Park Han-byul sambil menyusun buku-bukunya dengan rapi dan mengambil tasnya untuk bersiap-siap pergi.
“Baik,Dok” suster itu keluar dari ruangan Park Han-byul bersamaan dengannya. Park Han-byul mengambil kunci mobilnya begitu sampai ditempat parkiran. Ditengah perjalanan, mobil Han-byul terhenti. “Ada apa ini??” tanya Han-byul, sambil turun dari mobil untuk memeriksa keadaan. Rupanya ban mobilnya bocor, sementara handphonenya terus berbunyi. Han-byul tahu ia akan terlambat jika ia harus membawa mobilnya ke bengkel. Maka ia mengambil inisiatif untuk mencari taxi. Ia lalu menyebrangi jalan dengan terburu-buru dan tanpa melihat keadaan jalan raya yang sangat ramai dan dipadati kendaraan yang lewat. Saat menyeberang jalan, tiba-tiba seorang pria muda mendorongnya terlempar jauh dan terguling bersama dari jalan raya. Rupanya pria itu hendak menolong Han-byul dari sebuah mobil yang hampir saja menabraknya. Han-byul cukup terkejut dan bangun. “Kau tidak apa?” tanya pria yang menolongnya. Park Han-byul hanya menggelengkan kepalanya, kemudian pria itu pergi dan Han-byul pun kembali berjalan untuk mencari taxi tanpa menghiraukan pria yang baru saja menyelamatkan nyawanya.
Han-byul berdiri disebuah cermin besar menatap dirinya yang sedang menggunakan gaun pengantin. “Kau sangat cantik Han-byul, besok saat kau melangkah masuk menuju altar semua orang pasti akan terkagum2 melihatmu .” puji Tae-hee , sahabat Han-byul. Han-byul hanya tersenyum sambil terus memandangi tubuhnya dicermin. “Besok akan menjadi hari bahagiaku.”gumamnya.
Hari yang ditunggu pun tiba,Han-byul tiba menuju altar disaksikan seluruh para undangan. Dari jauh calon suaminya tersenyum melihatnya.“Ini bukan sebuah mimpi, ini juga bukan khayalan ku semata” ucap Han-byul didalam dirinya. Tibalah pastur membcakan sumpah keduanya. Saat pastur menanyakan sumpah kepada pengantin pria, tiba-tiba datang seorang wanita yang meminta pernikahan segera dibatalkan. Kontan saja membuat orang-orang kaget dan  tertuju pada wanita tersebut. Calon suami Han-byul rupanya terkejut dan mengenali siapa wanita yang tiba-tiba datang dan memberhentikan semuanya. Wanita itu menghampiri keduanya dan langsung menampar Han-byul,“Dasar pengambil suami orang!!!!” kata wanita itu dengan geram. Lalu wanita itu berkata pada calon suami Han-byul, “Kau..suami tidak bertnggung jawab!!! Beraninya menipuku dengan mengatakan ada urusan kerja diluar negeri!!! Apa kau tidak sadar anak kita menunggumu dirumah!?” teriak wanita itu yang membuat Han-byul tercengang.
Mereka bertiga menjadi tontonan para undangan.“ Benarkah itu?” tanya Han-byul seakan tidak percaya. Kekasih Han-byul hanya menunduk sambil berkata,“Maaf”. Han-byul hampir terjatuh mendengarnya sambil menangis. Pria itu lalu menarik tangan istrinya keluar sambil berkata,“Ayo kita pergi, kita selesaikan ini dirumah”. Para tamu saling bertanya-tanya “Wah..ternyata dia pengambil suami orang!! Sudah tahu berkeluarga kenapa masih digoda juga ya, apa tidak ada pria lain ?”
Han-byul menutup telinganya rapat-rapat mendengar ucapan-ucapan dari semua orang,Tae-hee menghampirinya dan mencoba menenangkan dirinya. Tapi Han-byul malah berlari meninggalkan gereja sambil menangis.
“Dan akhirnya ini terulang lagi. Bahkan disaat tinggal selangkah. Apa semua pria didunia ini jahat, ataukah tidak ada pria yang diperuntukkan untukku? Ini sudah yang ke enam kalinya, dan harus berapa banyak lagi pria yang menyakitiku ? Apa aku harus menghentikannya sekarang juga?”
Han-byul berdiri diatas bukit dengan tetap menggunakan gaun pengantin. Han-byul melihat kebawah bukit, tampak jurang dengan air yang begitu berombak. “Ibu,Ayah maafkan aku. Aku memang takut ketinggian, tapi kali ini aku tidak akan takut.” ucap Han-byul sambil menutup mata. Ia lalu melompat kebawah jurang.
               Han-byul membuka matanya dan terkejut melihat wajah seorang pria dihadapannya yang sedang memberi napas buatan untuknya. Ia lngsung mendorong pria itu dari hadapannya.
“Kau sudah sadar ? Aku melihatmu berdiri dipuncak itu, dan entah ada angin sekencang apa yang membuatmu bisa sampai terjatuh ke jurang.” kata pria yang belum diketahui namanya. Han-byul hanya terdiam melihat tubuhnya yang basah, ia juga memperhatikan tubuh pria itu yang juga ikut basah.
“Berdirilah, disana ada villa. Kau bisa mengganti pakaianmu disana.” ucap pria itu sambil menyodorkan tangannya. Han-byul menatapnya dengan sinis sambil berkata,“Kenapa kau menolongku ? Apa kau ingin meminta imbalan dariku ? Jika iya, imbalan seperti apa ? Uangkah ? Atau harga diri ?”. Ucapan Han-byul membuat pria itu sedikit kesal. “Kenapa kau beranggapan seperti itu ? Aku menolong setiap orang yang dalam bahaya. Tidak peduli dia orang yang kukenal atau bukan, tidak peduli dia musuhku atau bukan,jika memang itu membahayakan nyawanya aku akan menyelamatkan ia sebisaku karena aku tahu betapa berharga nyawa seseorang itu.”
“Begitukah ?” Han-byul tertawa, “Apa kau ingin membuatku merasa simpatik padamu ? Dengarkan baik-baik aku tidak butuh bantuanmu. Aku tidak butuh kau mau menyelamatkanku atau tidak !!!! Karena kau ,aku tidak jadi mati minggirlah!!!” kata Han-byul sambil ingin beranjak tapi pria itu menahannya “ Kau ingin mati ? Kalau begitu aku akan membantumu !” kata pria itu sambil menarik tangan Han-byul menuju bukit yang ia naiki tadi.
“Hei, apa yang kau lakukan ? Lepaskan tanganku !” Han-byul memberontak berusaha melepas tangannya dari genggaman pria yang sama sekali tak dikenalinya. Akhirnya pria itu melepaskan tangan Han-byul dan menatap tajam mata Han-byul. “Sepertinya aku pernah melihatmu sebelumnya.” kata Han-byul.
“Han-byul….!!” teriak seseorang dari kejauhan. Han-byul menengok ke arah panggilan, ternyata Tae-hee menyusulnya kesini . “Aku mencarimu kemana-mana, dan aku tahu tahu kau pasti ada disini. Pakaianmu kenapa bisa basah seperti ini ?”ucap Tae-hee sambil melirik ke arah pria yang telah menolong Han-byul. Han-byul hanya terdiam. “Aku pergi dulu, sampai jumpa. Semoga kita bisa bertemu lagi, dan jika kita bertemu kuharap kau bisa lebih menghargai nyawamu sendiri.” kata pria tersebut. Tae-hee memperhatikan pria itu hingga pria itu menghilang dari pandangan mereka.
“Han-byul, siapa dia??”
“Dia terus berbicara tentang nyawa, dia pikir aku tidak berpengalaman mengurus nyawa setiap manusia. Dia tidak tahu kalau diriku ini seorang dokter” kata Han-byul sambil pergi. Sementara Tae-hee tidak mengerti apa yang diucapkan Han-byul.



Dan sejak saat itu Han-byul enggan melayani pasien laki-laki. Dia bersumpah tak akan pernah melayani pasien laki-laki.
“Ini sudah ketiga kalinya dokter Park melakukan tindakan malapraktek, sepertinya anda tidak fokus pada pekerjaan anda.” kata dokter Lin selaku kepala rumah sakit.“Maafkan aku.”kata Han-byul. “Apakah kau juga akan mengatakan seperti itu kepada keluarga pasien ? Apakah hanya dengan kata maaf kau bisa mengembalikan nyawa pasien ?” tanya dokter Lin dengan nada tegas. “Lain waktu aku  pasti akan lebih hati-hati,Dok.” ucap Han-byul. Dokter Lin hanya bisa menghela nafas.
Han-byul keluar dari ruangan dokter Lin, Tae-hee menghampirinya lalu bertanya,“ Bagaimana?” Han-byul menunjukkan sebuah surat . “Apa itu berarti kau diberhentikan ?” tanya Tae-hee dengan cemas. Han-byul menggelengkan kepalanya lalu menjawab,“ Dokter Lin, mengirimku ke Jepang untuk mengadakan pelatihan disana. Ini sangat memuakkan.”
“Ini salahmu juga, seharusnya kau jangan mencampuri urusan pribadimu dengan pekerjaan” kata Tae-hee sambil mengikuti Han-byul dari belakang.
“Entahlah, saat melayani pasien laki-laki rasanya aku tidak ingin mengobati mereka. Aku ingin membiarkan mereka mati biar pria didunia ini semakin berkurang.” kata Han-byul.
“Kau tidak boleh seperti itu. Jangan hanya karena pria yang kau kenal selalu menyakitimu kau jadi menyamaratakan semua pria didunia.” Han-byul menutup kedua telinganya menandakan ia sudah tidak mau mendengar ucapan Tae-hee. Tae-hee mengerti dan langsung pergi.
Seorang pria muda memakai kacamata hitam dengan jas berwarna coklat muda, memasuki perusahaan ternama di Korea Selatan. Semua orang menyapanya ketika ia berjalan dan ia membalas sapaan dengan begitu ramah. “Selamat pagi,Pak.” “Selamat pagi juga.” Pria itu lalu masuk kedalam lift , saat keluar ia langsung bertemu dengan salah seorang staff ,“Hai tuan Choi !” sapa staff tersebut sambil berjabat tangan.“Kudengar besok kau akan berangkat ke Jepang ?” lanjutnya. “Ya, aku akan mewakili perusahaan ini untuk bertemu dengan para pemegang saham kita di Jepang.”kata pria muda tersebut yang telah diketahui bernama Choi Dong-wook. “Ya, ku do’akan semoga berjalan lancar.” “Terima kasih.”
Keesokan harinya,Han-byul berangkat ke Jepang dengan menaiki pesawat. Didalam pesawat ia hanya berdiam diri. Sementara Choi Dong-wook juga menumpangi pesawat yang sama hanya tempat duduk mereka terpisah. Saat pesawat mulai berangkat,Han-byul tertidur nyenyak. Saat perjalanan telah berselang 30 menit,tiba-tiba pesawat kehilangan kendali, semua penumpang berteriak , Choi Dong-wook pun sangat panik. Sementara Han-byul tetap tertidur. Kemudian pesawat pun terjatuh dan terbelah…...
Choi Dong-wook bangun dari pingsannya dan mendapati dirinya bersama dengan ratusan mayat penumpang. Ia melihat sekeliling, sepertinya pesawat terjatuh disebuah pulau tak berpenghuni. Ia berusaha berdiri dengan darah disekujur tubuhnya dan membangunkan para penumpang yang berada disekitarnya dan memeriksa denyut nadi mereka. Dong-wook terkulai lemas, tiba-tiba terdengar suara jeritan minta tolong, Dong-wook mencari arah suara itu dan melihat seorang wanita yang masih bernyawa tertimpa oleh kepingan badan pesawat. Ia segera menolong wanita yang tidak lain adalah Park Han-byul. Ia menggendong Han-byul dan membawanya jauh dari tempat pesawat terjatuh. Kaki Dong-wook yang terluka parah tidak mampu lagi untuk berdiri hingga ia menidurkan Han-byul diatas tanah.
“Nona…nona” Dong-wook berusaha membangunkannya sambil menepuk-nepuk pipi Han-byul. Han-byul terbangun,tapi badannya masih sangat lemah.
“Kau…apakah kau orang yang waktu itu ?”tanya Han-byul begitu melihat Choi Dong-wook. Dong-wook mengangguk,”Kenapa kau masih saja menolongku ? Ini sudah ketiga kalinya, bukan ?”tanyanya kembali dalam keadaan sekarat. Belum sempat Dong-wook menjawab,Han-byul tak sadarkan diri lagi. Dong-wook panik, ia mencoba kembali untuk membangunkan Han-byul dan memeriksa denyut nadinya. Tidak lama kemudian terdengar suara helikopter yang mendarat ke tempat kecelakaan. Dong-wook berusaha berdiri dan berteriak “KAMI ADA DISINI!!!!!!!!!” Rupanya tak terdengar oleh tim penyelamat, sehingga Dong-wook mencoba menghampiri area jatuhnya pesawat. Tapi kaki Dong-wook sudah tak sanggup lagi untuk berjalan.
Han-byul membuka matanya, ia melihat sekeliling ruangan. Ia tahu betul dimana ia sekarang. Rupanya ia sekarang terbaring disebuah kamar rumah sakit.
“Kau sudah sadar.” sapa seseorang . Han-byul melirik kesamping dan melihat seseorang yang duduk dikursi roda dengan balutan luka ditangan.“Dari seluruh penumpang yang ada, hanya kita berdua yang masih hidup. Oh iya ternyata kau seorang dokter, aku menemukan ini terjatuh.“ kata Dong-wook sambil memperlihatkan kartu pengenal milik Han-byul.
“Kalau begitu, aku bisa datang berobat padamu jika aku sakit. Menjadi seorang dokter adalah cita-cita yang sangat mulia. Mereka harus menyelamatkan nyawa setiap manusia. Itu bukanlah hal yang mudah. Dulu, sewaktu kecil aku ingin sekali menjadi dokter. Tapi….”
“Kapan kau selesai bicara ?” kata Han-byul memotong ucapan Dong-wook. Dong-wook terdiam,Han-byul lalu  berkata kembali,“Dengar baik-baik. Pertama,aku tidak mengenalmu jadi jangan bertingkah seolah-olah kita berteman baik. Kedua, dokter bukanlah suatu pekerjaan yang menarik bagiku,karena pekerjaan ini hanyalah sumber malapetaka bagiku. Selain hanya karena untuk mencari uang, aku sama sekali bosan dengan pekerjaan ini. Dan ketiga,aku tidak peduli dengan hidupmu!!! Jadi, cepat kau keluar dari sini!!!”
“Baiklah, semoga kita bertemu lagi.” Dong-wook menggerakkan kursi rodanya berjalan menuju keluar ruangan. Han-byul menghela nafasnya,“Dasar pria aneh.”
Han-byul kembali kerumahnya dalam kondisi yang sudah membaik. Ia beristirahat sambil duduk. ”Hidup ini begitu membosankan.” gumamnya sambil meneguk teh hangat. Tiba-tiba hanphonenya berdering,“Halo..”
“dr.Park,pasienmu gawat darurat. Segeralah kesini!!!” kata dr.Kim.“Iya..iya…aku akan segera kesana.” kata Han-byul sambil menarik nafas.
Sampai dirumah sakit, seorang wanita separuh baya menghampirinya sambil menangis.“Tolong selamatkan anakku,Dok, kau harus usahakan agar hidupnya bertahan lama.” “Iya, pasti” kata Han-byul. “Pemandangan seperti ini sudah sering terjadi. Dimana orang-orang memohon agar aku menyelamatkan nyawa orang yang mereka cintai.”
Lalu Han-byul masuk kedalam ruang gawat darurat. Saat ingin masuk,tanpa sengaja ia melihat Choi Dong-wook yang baru keluar dari ruangan dr. Lin selaku kepala rumah sakit. “Orang itu... sedang apa dia kesini ?” tanyanya dalam hati.
Jam menunjukkan pukul 10.00 malam,waktunya Han-byul untuk pulang kerumah. Ia pergi bersama Tae-hee menuju tempat parkir. Diluar,ia melihat kembali Choi Dong-wook bersama dr. Lin tengah berbincang di samping mobil. “Tae-hee,apa kau mengenal orang itu ?” tanya Han-byul sambil menunjuk kearah Dong-wook. Tae-hee melihat kearah yang dimaksud Han-byul.“Orang yang bersama dr. Lin ?”tanya Tae-hee. Han-byul mengangguk.“Dia memang sering kerumah sakit, tapi sepertinya dia bukan pasien dr.Lin,mungkin saja dia penanam saham dirumah sakit kita. Karena yang kutahu dia adalah pengusaha muda yang sukses di Seoul. Memangnya kenapa ? Apa kau tertarik pada tuan muda itu ?”
“Apa katamu ? Sudah tidak akan tertarik lagi pada pria manapun.” kata Han-byul sambil masuk kedalam mobilnya.“Aku pergi duluan.” katanya sambil mulai menjalankan mobilnya. Han-byul mengendarai mobil dengan santa,sampai tiba ia melajukan mobilnya disebuah terowongan,tiba-tiba sekelompok penjahat menghadangnya dan memaksanya keluar dari mobil. 
“Cepat serahkan tasmu !” kata salah satu preman sambil memegang pisau tajam. Han-byul sangat ketakutan dan langsung menyerahkan tasnya. Preman itu mengambilnya dengan kasar, lalu ingin pergi tapi tiba-tiba salah satu dari mereka memberi usul. “Gadis secantik dia,sayang sekali jika kita lewatkan.” Han-byul semakin ketakutan melihat tatapan kelima penjahat yang semakin dekat menghampirinya.“Jangan..jangan lakukan itu !” pinta Han-byul sambil menangis. Kedua tangannya ditahan oleh perampok tersebut, Han-byul lalu menendang penjahat itu dan berusaha berlari “Hei…kejar dia !” ujar ketua preman itu. Han-byul berlari dan menabrak seseorang, orang itu adalah Choi Dong-wook. Dong-wook langsung memeluk Han-byul sambil berkata,“Jika ingin menyentuhnya hadapi aku dulu.” Kelima perampok itu langsung menyerang Dong-wook, dia melawan mereka satu per satu. Sementara Han-byul melihat aksi mereka sambil bersembunyi.
               “Orang itu, selalu ada jika nyawaku terancam. Dia seperti malaikat.” Han-byul berkata pada dirinya. Tiba-tiba datang mobil polisi yang menangkap sekelompok penjahat itu. Tangan Dong-wook tampak terluka terkena sayatan pisau. Han-byul menghampirinya sambil berkata,“Kau tidak apa-apa ?”  “Tidak.” kata Dong-wook dengan singkat sambil berjalan menuju mobilnya.
“Tunggu !” ucapan Han-byul menghentikan langkah Dong-wook. “Kenapa kau pergi begitu saja ?” tanya Han-byul. “Tugasku sudah selesai dan aku tahu setelah ini kau akan menyuruhku untuk cepat pergi dari hadapanmu.” jawab Dong-wook.
“Kau sudah menyelamatkan nyawaku sebanyak 4 kali, mana mungkin aku akan seperti itu lagi padamu. Setidaknya aku harus berterima kasih.” kata Han-byul dengan penuh perasaan bersalah.“Apa aku boleh bertanya,kenapa kau mau menyelamatkan jiwaku berkali-kali ?” tanya Han-byul.
 Dong-wook membalikan badannya,lalu tersenyum hangat, “Bukannya aku pernah mengatakan sudah seharusnya kita menyelamatkan jiwa manusia yang terancam ? Sisanya, nanti kau juga akan tahu. Kau seorang dokter,pasti kau sudah biasa melakukan itu.” “Tapi,apa yang harus kulakukan untuk membalas kebaikanmu selama ini ? Apa pun yang kau minta,akan kuusahakan.”
“Benarkah ?” tanya Dong-wook. Han-byul meyakinkannya,“Kau hanya perlu menyelamatkan nyawaku juga, jika seandainya nyawaku terancam.” kata Dong-wook. “Hanya itu ?” tanya Han-byul kembali. “Ya.” Jawab Dong-wook. “Akan kulakukan!!!”
Han-byul lalu masuk kedalam mobil begitupun dengan Dong-wook. “Astaga,aku lupa menanyakan nama orang itu !” kata Han-byul sambil melihat keluar jendela,tapi rupanya Dong-wook telah pergi.“Sudahlah,akan kutanya jika ia menyelamatkan aku lagi.” kata Han-byul sambil tersenyum.
Sebulan setelah kejadian itu,Han-byul tak lagi bertemu dengannya,tapi Han-byul mulai menunggu kehadirannya dan membayangkan masa-masa saat ia bersamanya. Ia berharap laki-laki yang belum ia ketahui namanya itu bisa datang menyelamatkannya lagi.
Han-byul berjalan menuju ruang kerjanya,tiba-tiba salah seorang suster berlari menghampirinya.“Dokter,ada pasien yang sudah sangat kritis,ia sekarang berada diruang ICU !” 
“Siapa dia ? Apa dia perempuan atau laki-laki ?” tanya Han-byul.“Dia laki-laki dan merupakan pasien dokter Lin.” jawab suster.“Aku tidak mau menanganinya. Apa kau tidak tahu aku adalah dokter spesialis perempuan ?” kata Han-byul ingin beranjak pergi.
“Tapi,Dok,ini perintah dokter Lin. Pasien sendiri yang meminta anda untuk menanganinya.” paksa suster.
“Aku sudah bilang aku tidak mau !!” Tiba-tiba pintu ruang ICU dibuka dan sekelompok dokter keluar dengan menarik pasien yang ada didalamnya.
“Dia sudah meninggal.” kata dokter Lin. Han-byul melihat wajah pasien dan terkejut begitu tahu wajah pucat itu adalah Choi Dong-wook. Dokter Lin menyerahkan kertas pada dokter Park,“Ini adalah pesan dari pasien ini.” Han-byul segera membukanya dan membaca isi pesan yang hanya bertuliskan :
 “TOLONG SELAMATKAN NYAWAKU, AKU MASIH INGIN HIDUP 7 TAHUN LAGI!!”
“Dia pasienku yang menderita penyakit tumor ganas dihati,tumornya sudah semakin membesar. Sebenarnya tadi kita akan segera mengangkat tumor tersebut. Hanya saja ia meminta agar kau yang melakukannya.” terang dokter Lin.
Han-byul menangis dan menghampiri mayat Choi Dong-wook,“Maafkan aku…maafkan aku…aku tidak bisa menepati janjiku!!! Aku tidak tahu kalau hidupmu begitu pendek. Jangan meninggal dulu,aku belum mengenalmu lebih jauh,aku bahkan belum tahu siapa namamu!!! Sadarlah, dan aku akan berusaha membuat hidupmu bertahan lebih dari 7 tahun yang akan datang !” Han-byul terus menangis histeris didepan mayat orang yang telah menyelamatkan nyawanya selama 4 kali.
               “Empat kali orang itu menyelamatkan aku,dan sekali aku berjanji padanya untuk kembali menyelamatkan jiwanya. Hanya sekali itu,tapi aku tidak bisa menolong nyawanya!!!”